Angkot adalah pilihanku
Nama saya Tivani Rizky. Aku mulai berani naik angkot sendiri saat SMP.
Karena aku berangkat gak diantar, pulang bareng sama teman. Padahal sih jarak
dari rumah ke sekolah gak terlalu jauh. Ya, mungkin orang tua mau aku lebih
berani. Tetapi, kalau naik angkot dari rumah ke sekolah, rasanya seperti baru
duduk sebentar lalu tiba-tiba sudah sampai. Mungkin karena dekat ya.
Aku kalau pulang bareng sama teman. Namanya Riska dan Lara. Kita satu
kelas disekolah. Dan satu angkot, karena rumah kita satu arah. Ya jelas aku
duluan yang turun dari angkot. Karena rumah mereka masih jauh. Aku pulang
sekolah bareng lara dan riska selama tiga tahun, sampai kita lulus SMP.
Setelah lulus SMP, aku beda sekolah dengan Lara dan Riska. Kita juga
jarang ketemu, tetapi tetap komunikasi. Saat aku SMA, aku masih naik angkot,
baik berangkat maupun pulang. Kalau pulang aku bareng teman, namanya Gebby.
Kadang suka bete sih kalau berangkat sekolah naik angkot sendiri. Karena gak
ada teman ngobrol. Gak seperti saat pulang, ada gebby yang bisa diajak ngobrol
dan becanda. Belum lagi kalau angkotnya penuh, sudah bĂȘte, desak-desakan, gerah
pula. Alasan Gebby pulang bareng aku, karena kita satu arah jalan pulang. Aku
lebih suka naik angkot daripada ojek, karena harga lebih murah dan lebih nyaman
walaupun gak selalu. Mungkin aku juga sudah terbiasa naik angkot daripada ojek
atau yang lain.
Komentar
Posting Komentar